Gambar hanya ilustrasi |
Ketika diharamkan khamr,
beliau—seorang pecandu—tidak bisa berhenti. Bahkan tidak bisa menahan diri untuk minum dalam keadaan sembunyi-sebunyi. Ketika mabuk,
beliau ke jalanan
sehingga aibnya terbongkar. Beliau dicambuk. Hukuman
yang beliau terima pun tak kunjung membuatnya jera sehingga mengulang prilaku
maksiatnya kembali setelah beberapa hari. Dan dicambuk kembali. Berulang kali sampai ada
yang ingin membunuh beliau karena menganggapnya munafik.
Seseorang yang kesal pada tabiatnya
mengumpat, “Semoga Allah memurkaimu”.
Maka Sayyiduna Rasulullah ﷺ melarang dan menegur pengumpat tersebut. “Nu'aiman mencintai Allah dan Rasul-Nya,” kata Rasulullah ﷺ. Ini menunjukkan bahwa seseorang
yang sudah mendapat hukuman, tidak boleh dicemooh dan larangan dalam mendoakan kejelekan.
Hal
itu juga menunjukkan bahwa kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya memberi manfaat meskipun berbagai maksiat
yang dilakukan.
Pernah suatu ketika, sesaat setelah
sadar dari mabuknya, Nuaiman merasa perutnya
keroncongan
karena lapar. Tanpa banyak pikir panjang, nuaiman mencegat penjual makanan yang
kebetulan lewat di depan masjid lalu memesan dua bungkus.
Sembari
menunggu penjual menyiapkan pesanannya, Nuaiman masuk halaman masjid lalu mengajak
Rasul untuk makan bersama. Rasul kemudian berdiri dan menuju ke arah Nuaiman
yang sudah memegang dua bungkus makanan. Mereka berdua duduk lantas menyantap
makanan tersebut.
Setelah
makanan habis, Rasul hendak kembali ke masjid namun dihadang oleh Nuaiman.
“Mau
kemana ya Rasul? Habis makan masak tidak bayar,” kata Nuaiman. Rasul pun dengan
senyumnya balik tanya, “Yang pesan kamu kan?”.
“Betul
ya Rasul,” jawabnya sambil berdehem. Nuaiman melanjutkan perkataannya, “Di
mana-mana raja itu mengayomi rakyatnya, penguasa melayani warganya, bos
mentraktir karyawannya, masak saya yang harus bayar ya Rasul?”
Rasul
lantas merogoh kocek sambil memberikan sejumlah uang kepada Nuaiman dengan
senyum yang agak terkekeh.
(Di lain kisah, Dzul-Khuwaisirah malah tidak berguna amal ibadahnya
yang banyak karena tidak beradab dan hormat pada Sayyiduna Rasulullah ﷺ).
Sayyiduna Nu'aiman ini memang unik. Kadang kalau ke pasar jika melihat barang yang indah dan menurutnya layak untuk Sayyiduna Rasulullah ﷺ maka beliau ambil barang itu dan mengatakan, “Nanti Rasulullah
ﷺ yang bayar karena beliau sendiri bangkrut.” Lalu beliau pergi menemui Sayyiduna Rasulullah
ﷺ dan mengatakan, “Ini hadiah untuk Anda.”
Tidak berapa lama kemudian, sang pedagang mendatangi Sayyiduna Rasulullah ﷺ untuk mengambil uang seharga barang yang diambil Sayyiduna Nu'aiman.
Sayyiduna Nu'aiman ini juga sekali membuat ulah misalnya ke pasar dengan temannya.. lalu mengatakan ke seseorang, “Tuh lihat,
dia itu budakku,
mau tidak kamu membelinya? Nanti dia bakal mengaku bahwa dia itu manusia merdeka ... jangan percaya ya!”
Orang
yang ditawari pun mendatangi orang
seperti yang
diisyaratkan Sayyiduna Nu'aiman. Dan tentu saja
orang itu membela diri, “Aku merdeka.”
“Benar yang aku katakan padamu, dia akan mengaku begitu,” kata Nuaiman kemudian sehingga memicu terjadi keributan di pasar. Lalu Sayyiduna Nu'aiman melangkah pergi meninggalkan pasar.
Karena ulahnya yang unik, Sayyiduna Rasulullah
ﷺ selalu tertawa melihat Sayyiduna Nu'aimanin.
Meski seringkali mengulang kesalahannya tetapi pada akhirnya Sayyiduna Nu'aiman bertaubat. Sebenar-benarnya taubat.
Dari kisah Nuaiman kita belajar bahwa begitu sabar dan sayangnya Sayyiduna Rasulullah ﷺ pada umat Beliau.