Perayaan maulid nabi menjadi
momentum untuk meneguhkan kembali rasa cinta pada Nabi Muhammad SAW dengan
mengikuti Sunnah-sunnahnya
Diantaranya adalah mengerjakan
shalat sunnah rawatib.
Shalat sunnah rawatib adalah
salah satu shalat yang mengiringi shalat fardhu. Shalat
sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut shalat sunnah
qabliyah. Sedangkan sesudah shalat fardhu disebut shalat sunnah ba’diyah.
Salah satu hikmah disyariatkan
shalah sunnah rawatib adalah sebagai penyempurna kekurangan dari shalat fardhu.
Sebagai Dzat Yang Maha Mencipta, Allah Maha Tahu akan kekurangan
hamba-hamba-Nya. Karena itu, Dia senantiasa membuka ruang bagi mereka untuk
memperbaiki dan menutupi kekurangan tersebut. Demikian halnya dalam urusan
shalat fardhu. Tahu akan kekurangan shalat fardhu yang mereka lakukan, Dia
mensyariatkan shalat sunnah pengiringnya. sebagaimana yang dikemukakan dalam
hadits riwayat Abu Hurairah berikut ini. Dalam riwayat tersebut, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ
الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ، فَإِنْ أَتَمَّهَا، وَإِلَّا قِيلَ:
انْظُرُوا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ
تَطَوُّعٌ أُكْمِلَتِ الْفَرِيضَةُ
مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوضَةِ مِثْلُ
ذَلِكَ
Artinya, “Sesungguhnya amal hamba
yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat fardhu. Itu pun jika
sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan, “Lihatlah oleh
kalian, apakah hamba itu memiliki amalan (shalat) sunnah?” Jika memiliki amalan
shalat sunnah, sempurnakan amalan shalat fardhu dengan amal shalat sunnahnya.
Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardhu lainnya seperti tadi,” (HR. Ibnu
Majah).
Hadits ini mencakup semua jenis
shalat sunnah, termasuk shalat sunnah rawatib atau shalat sunnah yang mengiringi
shalat fardhu. Dengan demikian betapa pentingnya amalan shalat sunnah rawatib.
Pilihan-pilihan
Shalat Sunnah Rawatib Berdasarkan Hadis Nabi
Berikut ini pengelompokan shalat
sunnah rawatib sekadar untuk memudahkan kita memahami yang didasarkan hadits yang
menyebutkannya:
Pertama. Shalat sunnah 10 rakaat yang mu’akadah berdasar HR Muslim dari
Ibnu Umar, Nabi mencontohkan mengerjakan shalat sunnah rawatib sebagai berikut:
قَالَ: ” حَفِظْتُ عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –
عَشْرَ رَكَعَاتٍ:
– رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلظُّهْرِ, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا.
– وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ.
– وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ,
– وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلْفَجْرِ ” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Aku menghafalkan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh rakaat (dalam sehari) yaitu dua rakaat
qabliyah Zhuhur, dua rakaat bakdiyah Zhuhur, dua rakaat bakdiyah Maghrib, dua
rakaat bakdiyah Isya, dua rakaat qabliyah Shubuh. (Muttafaqun ‘alaih).
Kedua. Shalat sunnah 12 rakaat yang mu’akadah berdasar HR at-Tirmidzi
dari Ummu Habibah, istri Nabi
Dari Ummu Habibah –istri
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengerjakan shalat
sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan
tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”
Coba kita lihat, bagaimana keadaan
para periwayat hadits ini ketika mendengar hadits tersebut. Di antara periwayat
hadits di atas adalah Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam– yang mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara
langsung.
Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak
pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku
mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. ”
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى
اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa merutinkan shalat
sunnah dua belas rakaat dalam sehari, maka Allah akan membangunkan baginya
sebuah rumah di surga. Dua belas rakaat tersebut adalah empat rakaat sebelum
Zhuhur, dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat
sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Hadits di atas menunjukkan
dianjurkannya merutinkan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at setiap
harinya.
Dua belas raka’at rawatib yang
dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat raka’at sebelum Zhuhur, [2] dua
raka’at sesudah Zhuhur, [3] dua raka’at sesudah Maghrib, [4] dua raka’at
sesudah ‘Isya’, [5] dua raka’at sebelum Shubuh.